Senin, 02 Juni 2008

PERANAN GURU PPKN DALAM MEMBINA NILAI-NILAI DEMOKRATIS DI SMPN 2 CISOMPET GARUT

ABSTRAK

Oleh : Y u y u n

Pendidikan mengenai nilai-nilai demokrasi yang meniscayakan kebebasan berpendapat, mampu mengkritisi terhadap pihak lain yang konstruktif dan menihilkan klaim kebenaran haruslah mulai diberikan dari level bawah, tak terkecuali oleh guru sebagai ujung tombak dalam membentuk karakter generasi muda. Sebagai pendidik guru terutama guru PPKn juga diharapkan dapat mencetak generasi muda yang mampu menghormati perbedaan sehingga tidak akan menghantarkan generasi muda pada kebiasaan-kebiasaan yang bersifat absolute yang menghantarkan mereka tidak kritis, tidak peka problem sosial, serta merasa diri kita sebagai satu-satunya “sumber” kebenaran. dengan demikian akan tercipta manusia yang memiliki sikap yang mampu mengusung dan menghargai perbedaan. Rasa perbedaan bukan merupakan ancaman, tetapi sebagai bekal untuk memperkaya wawasan dan pengalaman kebangsaan.

Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui sampai sejauhmana peran guru PPKn dalam membinan nilai-nilai demokratis di SMPN 2 Cisompet Kabupaten Garut. Melalui angket, wawancara, studi dokumentasi serta studi terhadap liteartur-literaut diperoleh beberapa kesimpulan, diantaranya (1) Guru PPKn telah berperan dalam menanamkan nilai-nilai musyawarah pada siswa di SMPN 2 Cisompet dengan kategori tinggi (78%). (2) Nilai-nilai toleransi di SMPN 2 Cisompet telah terbangun dengan baik dengan kategori tinggi (72%), hal ini didasarkan pada beberapa alasan, diantaranya telah terbangun persepsi pada siswa mengenai sikap toleransi yang selalu ditekankan oleh guru PPKn merupakan hal yang baik. (3) Saling menghargai pendapat orang lain merupakan kebiasaan yang telah tertanam dengan baik pada siswa SMPN 2 Cisompet dengan kategori tinggi (73%), hal ini didasarkan pada beberapa alasan, diantaranya siswa selalu belajar agar dapat menghargai perbedaan pendapat dengan orang lain, pada umumnya siswa telah memiliki pemahaman bahwa dalam mengemukakan pendapat/ide tidak mesti harus sama semuanya, sebagian besar siswa telah memiliki persepsi bahwa perbedaan pendapat merupakan hal yang positif, serta sebagian besar siswa selalu menghargai teman yang berbeda pendapat. (4) Nilai-nilai kebebasan berpikir dan berpendapat telah tertanam dengan baik pada siswa SMPN 2 Cisompet dengan kategori tinggi (75%).

Adapun rekomendasi yang diajukan adalah : (1) Kepada Guru PPKn agar lebih meningkatkan pembinaannya dalam menanamkan nilai-nilai demokratis di sekolah, sehingga seluruh siswa akan terbiasa dengan perbedaan, mampu menghargai pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak pada orang lain dan yang terpenting adalah mampu hidup serta bergaul di tengah-tengah perbedaan. (2) Kepada Siswa, agar senantiasa selalu melatih diri untuk membiasakan hidup toleransi, tolong menolong, menghargai pendapat orang lain, serta mampu hidup di tengah-tengah perbedaan serta tidak berujung konflik dalam menyelesaikan permasalahan baik di sekolah ataupun masalah-masalah dalam kehidupan bermasyarakat. (3) Kepada Orang tua, agar senantiasa menanamkan pada anak-anak akan pentingnya nilai-nilai demokratis terutama dalam menyelesaikan masalah-masalah di lingkungan keluarga, sehingga anak akan terbiasa dan mampu beradaptasi dengan orang lain.

PERANAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBENTUK PERILAKU SISWA YANG BAIK DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 PAMEUNGPEUK

ABSTRAK

Oleh : Yani Andayani

Bertitik tolak dari peranan guru PKn di dalam membina sikap anak didik itu belum mencapai hasil ang optimal, maka peranan guru diharapkan dapat membentuk perilaku siswa yang baik.

Masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimanakah peranan pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai pelajaran yang menyangkut nilai dalam membina sikap dan perilaku siswa yang baik di SMA Negeri I Pameungpeuk, dan (2) Bagaimanakah peranan guru pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di dalam mengarahkan siswa SMA Negeri I Pameungpeuk untuk menjadi siswa yang memiliki perilaku yang baik?

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini antara lain : (1) ingin mngetahui peranan Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam membina perilaku siswa yang baik di SMA Negeri I Pameungpeuk; dan (2) ingin mengetahui peranan guru pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di dalam mengarahkan dan membina siswa SMA Negeri I Pameungpeuk untuk menjadi siswa yang memiliki perilaku yang baik.

Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif. Berdasarkan data yang terkumpul dan hasil analisis, penulis dapat menarik beberapa simpulan dari penelitian ini, yaitu : (1) siswa-siswi SMA Negeri I Pameungpeuk telah memahami maksud dan tujuan diajarkannya pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), yaitu sebagai suatu bidang studi yang berupaya meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan kemampuan memahami, menghayati, dan meyakini nilai-nilai Pancasila; (2) dengan adanya pelajaran PKn, siswa-siswi SMA Negeri I Pameungpeuk semakin memahami dan menghayati nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam setiap sila Pancasila: dan (3) perilaku-perilaku yang negatif dari siswa-siswi SMA Negeri I Pameungpeuk umumnya masih tergolong tindakan yang ringan, sebagian besar serta kejadiannyapun insidental dan dalam tempo yang tidak terlalu sering.

Berdasarkan simpulan tersebut, beberapa saran yang dapat penulis kemukakan antara lain : (1) siswa-siswi SMA Negeri I Pameungpeuk diharapkan untuk semakin meningkatkan upaya di dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai moral dan tuntunan hidup yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila dan juga diharapkan untuk selalu mengadakan koordinasi atau hubungan yang timbal balik, baik dengan guru maupun dengan teman sesama siswa; (2) guru Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan untuk terus menerus berusaha mengarahkan siswanya supaya bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan tuntunan yang terdapat di dalam materi Pelajaran PKn. Kemudian dalam mengukur keberhasilan pelajaran PKn, diharapkan guru-guru dapat mengambil langkah yang efektif. Selain itu, diharapkan pula dapat melakukan hubungan serta kerja sama yang timbal balik, baik dengan sesama guru atau dengan orang tua siswa; dan (3) guru-guru bidang studi yang lainnya, diharapkan dapat memberikan bantuan dan dukungan yang positif kepada guru bidang studi PKn, dalam rangka mewujudkan peranan pelajaran PKn di dalam membina moral dan sikap siswa agar mampu menjadi warga masyarakat madani.

Sabtu, 31 Mei 2008

KAJIAN TERHADAP TATA TERTIB SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 2 TAROGONG KIDUL

ABSTRAK

Oleh :Uyun Jauhariyah

Sekolah merupakan salah satu tempat untuk membimbing, mendidik, mengarahkan dan membentuk pribadi seseorang berperilaku yang baik. Inilah hal yang paling rumit dilakukan karena anak itu berasal dari latar belakang kehidupan yang berbeda-beda maka sekolah membentuk suatu alat untuk mengatur dan membatasi bagi anak-anak untuk berperilaku yang mengarah pada pendisiplinan terhadap norma-norma yang berlaku di sekolah dan sebagai alat pengendalinya adalah penghargaan (reward) dan hukuman (punishment).

Tiap-tiap sekolah menggunakan reward dan punishment karena dianggap dapat memberikan motivasi kepada siswa dalam pembentukan perilaku siswa. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana pengaruh tata tertib dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 2 Tarogong Kidul.

Penelitian mengungkapkan bahwa: 1) SMP Negeri 2 Tarogong Kidul Garut adalah salah satu pendidikan formal yang di dalamnya terdapat suatu aturan yang berlaku bagi seluruh warga yang senantiasa harus diikuti oleh warga sekolah dalam rangka meningkatkan kedisiplinan dilingkungan sekolah ; 2) Cara pemberian hukuman di SMP Negeri 2 Tarogong Kidul Garut terthadap pelanggaran kedisiplinan adalah diberikan peringatan, teguran, nasehat dan pemberian tugas. Tujuan dari pemberian hukuman itu sendiri adalah setiap hukuman yang diberikan atas pelanggaran yang dilakukan, diberikan dalam jalinan kasih sayang bukan karena balas dendam atau karena guru membenci anak didik yang melakukan pelanggaran ; 3) Hukuman yang diberikan atas pelanggaran yang dilakukan akan dapat menimbulkan dampak positif dan negatif.

Dampak positif seperti tidak mengulangi kesalahan yang sama, patuh pada peraturan sekolah atau guru, introspeksi dan berjanji tidak akan melanggar peraturan lagi, menjaga ketertiban sekolah, dan membantu mendisiplinkan siswa. Sedangkan dampak negatif seperti bersifat acuh pada peringatan sekolah atau guru, selalu mengulang kesalahan yang sama, tetap tidak mentaati peraturan sekolah, mempropokasi teman-temannya untuk melanggar peraturan sekolah, cenderung bersikap kearah kriminalitas, dendam kepada guru dan membentuk geng-geng supaya ditakuti siswa lain.

Kamis, 29 Mei 2008

PERANAN POSYANDU DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI DESA MARGAMULYA KECAMATAN CISOMPET KABUPATEN GARUT

ABSTRAK

Oleh : Ade Rustiana

Dalam pembangunan kesehatan, program penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan kegiatan utama dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu tercapainya kemampuan untuk hidup sehat. Melalui Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu (POSYANDU) diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat masyarakat, di mana masyarakat secara aktif berperan serta dalam upaya kesehatan untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

Berdasarkan masalah di atas, maka penulis mengadakan penelitian dengan tujuan untuk mengungkapkan (1) peranan POSYANDU dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak di Desa Margamulya Kecamatan Cisompet Kabupaten Garut. (2) upaya yang dilakukan oleh kader POSYANDU dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak di Desa Margamulya Kecamatan Cisompet Kabupaten Garut (3) hambatan-hambatan yang dihadapi POSYANDU untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak di Desa Margamulya Kecamatan Cisompet Kabupaten Garut.

Dengan menggunakan metode deskriptif, penulis menyebarkan angket kepada 60 responden yang menjadi sampel penelitian, selain itu juga agar diperoleh ketepatan data, penulis mengadakan wawancara dengan kader POSYANDU. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) POSYANDU desa Margamulya kecamatan Cisompet telah berperan dengan baik dalam menumbuhkan kesadaran ibu hamil, orang tua bayi dan balita untuk memeriksa kesehatannya, hal ini terlihat dari : a) selalu berperan dalam pemeriksaan ibu hamil, b) selalu memberikan multivitamin kepada ibu hamil, c) selalu melakukan penimbangan bayi, d) pemberian makanan tambahan dan vitamin kepada bayi, e) pemberian imunisasi. (2) Kesadaran ibu hamil, orang tua bayi dan balita untuk memeriksa kesehatannya telah meningkat, hal ini terlihat dari: a) ibu-ibu hamil selalu memeriksakan kandungannya, b) hampir seluruh orang tua bayi/balita selalu berperan secara aktif dalam kegiatan-kegiatan seperti : penimbangan bayi/balita, pemberian imunisasi, vitamin, makanan tambahan. (3) Hambatan-hambatan yang dihadapi POSYANDU desa Margamulya kecamatan Cisompet dapat diatasi dengan baik, hal ini terlihat dari :a) ibu-biu telah memiliki motivasi yang tinggi untuk meningkatkan tarap kesehatannya, b) ibu-ibu telah memiliki pemahaman mengenai tingkat kesehatan sangat berhubungan dengan masa depan anak-anaknya, c) pemahaman mengenai perwujudan hidup yang lebih baik melalui tingkat kesehatan yang tinggi, d) ibu-ibu selalu memeriksakan kandungannya, e) dalam pelaksanannya POSYANDU tidak memungut biaya, f) ibu-ibu telah memiliki pemahaman mengenai tingkat kesehatan hubungannya dengan perbaikan ekonomi.

Kontribusi Guru PKn Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Sebagai Generasi Muda di SMP Negeri I Pasirwangi Kabupaten Garut

ABSTRAK

Oleh : Ujang Karim

Penelitian ini dilakukan penulis yang di tuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Kontribusi Guru PKn Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Sebagai Generasi Muda di SMP Negeri I Pasirwangi Kabupaten Garut”.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana realita akhlak siswa, serta peran guru PKn dalam pembinaan siswa dan langkah-langkah yang dilakukan guru PKn dalam pembinaan akhlak siswa di SMP Negeri 1 Pasirwangi.

Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui gambaran realita akhlak siswa (2) Untuk mengetahui kontribusi guru PKn dalam membina akhlak siswa (3) Untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan guru PKn dalam pembinaan akhlak siswa sehingga nantinya ada manfaat bagi penulis serta siswa yang diteliti.

Adapun metode yang digunakan untuk penelitian ini metode deskriptif dengan ciri sebagai berikut: (1) Memusatkan diri pada permasalahan yang ada pada masa sekarang dan masalah-masalah yang aktual (2) Data dikumpulkan mula-mula di susun dan dijelaskan kemudian di analisa

Teknis pengumpulan data yang digunakan adalah: (1) Teknik komunikasi secara langsung guru PPKn dengan alat sebagai wawancara, (2) Teknik komunikasi secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan alat angket.

Setelah data terkumpul kemudian di olah sehingga data tersebut menjadi skor yang dapat di prosentasikan, populasi adalah 93 orang siswa di tambah 3 orang guru.

Berdasarkan hasil penelitian ini dan hasil pembahasan mengenai kontribusi guru PKn dalam pembinaan akhlak siswa sebagai generasi muda di SMP Negeri I Pasirwangi Kab. Garut dapat disimpulkan, sebagai berikut : (1) bahwa guru-guru PKn di SMP Negeri I Pasirwangi bisa mendorong perubahan tingkah laku yang positif bagi siswa, (2) guru selalu membahas dengan penjelasan yang menarik (3) dalam proses belajar mengajar PBM siswa dapat menentukan keberhasilan belajar.

Dengan adanya kontribusi guru PKn dalam pembinaan akhlak itu, kita harus menyadari pembinaan akhlak siswa di sekolah bukan hanya tanggung jawab guru saja melainkan harus ada kerja sama dengan orang tua di rumah sehingga harapan bagi semua tiada lain pembinaan yang utama adalah akhlak sangat penting agar mengenai perilaku siswa yang menyimpang dapat diatasi semaksimal mungkin.

PERANAN MAJELIS TA’LIM DALAM MENUNJANG PEMBINAAN MORAL ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA (STUDI DESKRIPTIF DI DESA DEPOK KECAMATAN CISOMPET KABUPATEN GARUT)

ABSTRAK

Oleh : Cucum

Majelis ta’lim sebagai institusi keagamaan keberadaannya memegang peranan yang strategis dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman akan ajaran agama Islam sebagai bekal keyakinan yang utama dalam menjalani kehidupan berumahtangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam perkembangan selanjutnya majelis ta’lim diharapkan mampu berperan dalam melakukan pembinaan terhadap masyarakat sehingga melahirkan masyarakat yang mampu membina moral anak-anaknya di lingkungan keluarga.
Berdasarkan masalah di atas, maka penulis mengadakan penelitian dengan tujuan untuk mengungkapkan : (1) Peranan majelis ta’lim dalam meunjang pembinaan moral anak di lingkungan keluarga, (2) upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam menunjang pembinaan moral anak di lingkungan keluarga, (3) Hambatan-hambatan apa saja yang ditemui oleh majelis ta’lim dalam menunjang pembinaan moral anak di lingkungan keluarga.
Dengan menggunakan metode deskriptif, penulis menyebarkan angket kepada 85 responden yang menjadi sampel penelitian, selain itu juga agar diperoleh ketepatan data, penulis juga melakukan obsrvasi serta mengadakan wawancara dengan pengasuh majelis ta’lim yang ada di Desa Depok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Majelis ta’lim yang ada di Desa Depok sudah berperan dengan baik dalam menunjang pembinaan moral anak, hal ini dapat terlihat dari kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan majelis ta’lim, yaitu diantaranya : a) Pembinaan moral anak di majelis ta’lim, b) Pembinaan terhadap masyarakat, c) Himbauan kepada mayasarakat agar menyuruh anaknya ke majelis ta’lim, d) Penyelenggaraan kegiatan-kegiatan agama yang lainnya, e) menyajikan materi-materi yang ada hubungannya dengan pembinaan moral anak di lingkungan keluarga, f) Himbauan kepada masyarakat agar menerapkan materi-materi yang diperoleh di majelis ta’lim untuk diterapkan di lingkungan keluarga. (2) Orang tua telah berupaya dengan baik dalam rangka membina moral anak di lingkungan keluarga, hal ini dapat terlihat dari : a) Sebagian besar masyarakat selalu menanamkan nilai-nilai agama di lingkungan keluarga, b) Sebagian besar masyarakat Desa Depok telah memiliki pemahaman mengenai pentingnya penanaman nilai-nilai agama di lingkungan keluarga dalam membina moral anak, c) Sebagian besar masyarakat selalu memberikan teladan yang baik bagi anak-anaknya, d) Sebagian besar masyarakat selalu berusaha membina hubungan yang harmonis diantara anggota keluarga, e) Sebagian besar orang tua memiliki harapan agar anaknya memiliki moral yang baik, (3) Hambatan-hambatan yang ditemui majelis ta’lim dalam menunjang pembinaan moral anak di lingkungan keluarga dapat diatasi dengan baik, hal ini dapat terlihat dari : a) Kehadiran masyarakat yang cukup tinggi pada kegiatan keagamaan di majelis ta’lim, b) Majelis ta’lim selalu memberikan pemahaman tentang pentingnya pendidikan anak di lingkungan keluarga.

STUDI KEPEDULIAN MASYARAKAT DALAM MEMBANTU PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ALTERNATIF BALE RAHAYAT.

ABSTRAK

Oleh : Uhyana


Judul yang penulis ambil dalam skripsi ini adalah Studi Kepedulian masyarakat dalam membantu penyelenggaraan Pendidikan Alternatif Bale Rahayat.

Alasan pengambilan judul Skripsi ini adalah karena ketertarikan penulis atas kepedulian masyarakat dalam mendirikan Pendidikan Alternatif, karena Pendidikan Alternatif merupakan salah satu bentuk pendidikan yang memperluas kesempatan belajar bagi masyarakat yang selama ini tidak merasakan pendidikan, yang disebabkan karena masalah ekonomi lemah, letak geografis yang jauh serta kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pendidikan.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Sejauhmana Kepedulian Masyarakat dalam Membantu Penyelenggaraaan Pendidikan Alternanif Bale Rahayat? yang dikhususkan sebagai berikut : 1. Sejauhmana Respon masyarakat dalam membantu penyelenggaraan Pendidikan Alternanif Bale Rahayat? 2. Sejauhmana kerjasama antara masyarakat dan pemerintah dalam menyelenggarakan Pendidikan Alternatif Bale Rahayat? dan 3. Apakah hambatan-hambatan dalam penyelenggaraan Pendidikan Alternatif Bale Rahayat?

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk Mengetahui sejauhmana respon masyarakat dalam membantu penyelenggaraan Pendidikan Alternatif Bale Rahayat.

2. Untuk mengetahui sejauhmana kerjasama antara masyarakat dan pemerintah dalam menyelenggarakan Pendidikan Alternatif Bale Rahayat.

3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa yang menyulitkan masyarakat, dalam menyelenggarakan Pendidikan Alternatif Bale Rahayat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif. Untuk memperoleh data yang diperlukan dengan menggunakan instrumen penelitian adalah masyarakat Kampung Dano dengan Populasi sebanyak 187 kepala keluarga yang terdiri dari 3 RT dan 1 RW sedangkan sampelnya sebanyak 37 kepala keluarga.

Dari hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat Kampung Dano tidak diperhatikan oleh pemerintah yang terbukti banyaknya anak usia sekolah yang tidak merasakan pendidikan formal. dari itulah muncul suatu gagasan brilian dari tokoh pemuda sehingga mereka merumuskan suatu pendidikan yang bisa menampung anak-anak. Untuk itulah Pendidikan Alternatif Bale Rahayat diselenggarakan di Kampung Dano.

Dengan berdirinya Pendidikan Alternatif Bale Rahayat besar harapan masyarakat yaitu masyarakat cerdas dan masyarakat berwibawa.

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DI DESA MULYASARI KECAMATAN BAYONGBONG KABUPATEN GARUT

ABSTRAK


Oleh : Deni M

Tingkat status sosial ekonomi yang tinggi (pendidikan, pekerjaan dan penghasilan) menjadi persyaratan bagi terciptanya tingkat partisipasi yang tinggi, mereka yang berpendidikan tinggi memiliki pengetahuan dan informasi lebih baik dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan lebih rendah atau tidak sekolah, mereka yang berpendidikan tinggi lebih memahami makna kehidupan politik sehingga cenderung terlihat dalam kegiatan-kegiatan politik.

Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui gambaran, sejauhmana tingkat status sosial ekonomi, masyarakat berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat di Desa Mulyasari Kecamatan Bayongbong kabupaten Garut.

Manfaat penelitian ini dapat memberikan gambaran bagaimana status sosial ekonomi berpengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat di Desa Mulyasari, adapun metode dan teknik pengumpulan datanya terlebih dahulu observasi, setelah diketahui penulis membuat angket untuk mengumpulkan data dan mempelajari data-data atau informasi yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh kepala keluarga masyarakat Desa Mulyasari yang berjumlah 1331 KK yang berjumlah 8 wilayah RW. Sampel penelitian ini berjumlah 133 sampel hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: pertama terdapat hubungan fungsional antara status sosial ekonomi terhadap tingkat partisipasi politik masyarakat, kedua, bentuk hubungan antara status sosial ekonomi dengan partisipasi politik adalah linier, ketiga terdapat keterkaitan yang berarti antara status sosial ekonomi dengan partisipasi politik masyarakat berdasarkan hasil pengolahan data secara statistik, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara variabel status sosial ekonomi (x) dengan variabel partisipasi politik masyarakat (y) hubungan tersebut tercermin dalam persamaan regresi = 4,51 . 0,88x, persamaan ini menyatakan adanya kecenderungan bahwa setiap kenaikan status satuan status sosial ekonomi akan diikuti oleh kenaikan partisipasi politik masyarakat sebesar 0,88.

Bentuk hubungan antara variabel status sosial ekonomi (x) dengan variabel tingkat partisipasi politik masyarakat (y) adalah linier dapat diterima terbukti dari hail perhitungan ternyata Fhitung adalah 1,84 sedangkan Ftabel 2,26 sehingga <>tabel maka regresi yang diperoleh linier.

Variabel status sosial ekonomi dengan tingkat partisipasi politik masyarakat mempunyai hubungan yang signifikan (berarti) terbukti dari hasil perhitungan tes (rho) dapat diperoleh thitung sebesar 3,15 sedangkan ttabel sebesar 2,58 dengan demikian thitung lebih besar dari ttabel. Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan dapat diterima.

STUDI KOMPARASI ANTARA PENGGUNAAN MODEL MAKE A MATCH DENGAN METODE TANYA JAWAB TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATERI KONSTITUSI NEGARA RI

ABSTRAK

Oleh : K O K O.

Pencapaian kompetensi pembelajaran merupakan esensi yang selalu diupayakan melalui penyelenggaraan proses pembelajaran. Ia ditentukan oleh banyak faktor, di antaranya ketepatan dalam memilih dan menggunakan model/metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi yang akan disajikan dan karakteristik peserta didik itu sendiri.

Sehubungan dengan itu guru dituntut untuk memperluas wawasan dan pengalaman mengenai metodologi pembelajaran yang terus berkembang secara dinamis seiring dengan perkembangan paradigma pendidikan. Dalam paradigma pendidikan demokratis, pembelajaran dipandang efektif jika siswa mampu menguasai bahan ajar yang mereka pelajari, siswa merasa senang dalam proses belajar yang ditunjukkan dengan antusiasme dan peran sertanya dalam keseluruhan fase pembelajaran, serta siswa dengan penuh kesadaran menaati peraturan yang ada di masyarakat.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif dan eksperimental dengan teknik pengumpulan data melalui tes atau soal tes dan observasi pada sampel sebanyak 84 orang dari siswa kelas IX SMP Negeri 9 Tasikmalaya.

Berdasarkan hasil penelitian : Model Make a Match sebagai bagian dari model cooperative learning yang dikembangkan berdasarkan paradigma pendidikan demoktratis dalam penggunaannya menghasilkan nilai efektivitas yang berbeda, dalam arti lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan metode tanya jawab dalam pembelajaran materi konstitusi Negara Republik Indonesia. Demikian kesimpulan berdasarkan deviasi harga observasi yang diperoleh kurang dari -3,00 dengan harga p = 0,0013 lebih kecil dari tingkat signifikansi (a) = 0,01. hal ini dipengaruhi oleh adanya perbedaan dalam setiap indikator proses pembelajaran terutama aktivitas siswa dan bentuk interaksi pembelajaran. Dilihat dari aktivitas siswa, pada siswa yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan model Make a Match lebih aktif dan bergairah jika dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan metode tanya jawab. Hal yang sama terjadi pada indikator bentuk interaksi pembelajaran, model Make a Match dalam penggunaannya menunjukkan interaksi banyak arah antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa dalam kadar yang intensif serta suasana yang harmonis. Sedangkan pada penerapan metode tanya jawab interaksi hanya terjadi antara guru dengan siswa.

Suatu Kajian tentang Keterampilan Dasar Mengajar Guru PPKn dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Bidang Studi PPKn

ABSTRAK

Oleh : Agus Tubagus

Untuk meningkatkan profesi belajar mengajar yang diinginkan hendaknya kita sebagai pendidik mempunyai acuan yang jelas, agar tujuan kita tercapai dengan baik. Tujuan tersebut harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang sudah dicanangkan oleh pemerintah. Oleh karena itu penulis sengaja mengambil judul penelitian yang mengarah kepada hal tersebut di atas yaitu Suatu Kajian tentang Keterampilan Dasar Mengajar Guru PPKn dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Bidang Studi PPKn di SMP Negeri 1 Cisompet Kabupaten Garut.

Betapa penting penggunaan dan penerapan keterampilan dasar mengajar dalam mencapai hasil belajar siswa. Oleh karena itu maka masalahnya adalah sampai seberapa jauh penerapan keterampilan dasar mengajar yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada bidang studi PPKn?

Adapun tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana keterampilan dasar mengajar, penggunaan, agar prestasi siswa meningkat.

Harapan penulis agar penelitian ini mempunyai pengetahuan praktis bagi penulis dan lembaga pendidikan pada umumnya.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif karrena msalah keterampilan dasar mengajar selalu diperlukan dan diterapkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara: studi literatur, observasi, wawancara, dan angket.

Populasi yang diambil adalah seluruh siswa SMPN 1 Cisompet yang berjumlah 858 siswa, seluruh guru PPKn yang berjumlah 2 orang.

Untuk sampel sengaja akan diambil dari siswa kelas VIII yang berjumlah 263 dan diambil sekitar 40% yakni sebanyak 105 orang.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan wawancara.

Dari hasil temuan yang diperoleh adalah guru PPKn sebelum melaksanakan proses belajar mengajar mempersiapkan diri maupun materi pelajaran. Ketika sedang proses berlangsung memanfaatkan situasi dengan baik. Adanya interaksi antara guru dan murid dalam proses belajar sehingga tercipta kehangatan dalam belajar yang aktif.

PERANAN RAUDLATUL ATHFAL SABILIL HUDA DALAM MEMBIMBING PERKEMBANGAN MORAL ANAK USIA DINI DI DESA JATISARI KECAMATAN CISOMPET KABUPATEN GARUT

ABSTRAK

Oleh Nunung Yunarsih


Penelitian yang berjudul “Peranan Raudlatul Athfal Sabilil Huda Dalam Membimbing Perkembangan Moral Anak Usia Dini Di Desa Jatisari Kecamatan Cisompet Kabupaten Garut”, dilaksanakan di Raudlatul Athfal Sabilil Huda desa Jatisari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah peranan Raudlatul Athfal Sabilil Huda dalam membimbing perkembangan moral anak usia dini, sehingga hasilnya dapat dijadikan sumbangan pemikiran baru bagi para orang tua, guru dan pihak-pihak lain yang terlibat dengan pendidikan anak.

Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda deskriptif yaitu penelitian yang berusaha mendeskiptifkan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Alat pengumpul data yang digunakan berupa angket untuk orang tua siswa dan pedoman wawancara untuk kepala sekolah, guru dan tokoh masyarakat. Sampel penelitian diambil dari tokoh masyarakat sebanyak 10 orang, guru sebanyak 6 orang dan kepala sekolah, orang tua siswa sebanyak 60 orang. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik prosentase dan kemudian ditafsirkan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, kemudian di tarik kesimpulan.

Dari hasil analisis data diperoleh bahwa ternyata peranan Raudlatul Athfal Sabilil Huda dalam membimbing perkembangan anak usia dini di desa Jatisari sangat positif. Hal ini terbukti dari hasil angket yang disebar dan wawancara dengan kepala sekolah, guru dan tokoh masyarakat mendapat jawaban mayoritas bahwa (1) Peranan Raudlatul Athfal Sabilil Huda dalam membimbing perkembangan anak usia dini sangat baik dan sangat besar sekali. (2) Segala hambatan yang dihadapi kepala Raudlatul Athfal Sabilil Huda dalam membimbing perkembangan moral anak, pada umumnya dapat teratasi dengan baik. (3) Banyak dukungan masyarakat terhadap program pembelajaran Raudlatul Athfal, baik dukungan moril maupun dukungan materil.

Terhadap hasil penelitian yang dilakukan, penulis menghimbau kepada para orang tua,guru dan masyarakat serta semua pihak yang terkait dengan pendidikan anak untuk selalu memperhatikan, membimbing, mengawasi moral anak-anaknya dan menjadi suri tauladan bagi mereka, agar mereka senantiasa terarah, terbimbing, dan terhindar dari prilaku moral yang negatif.

Suatu Kajian tentang Efektifitas Pengelolaan Kelas dalam Mewujudkan Tujuan Pembelajaran di Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Cisompet III

ABSTRAK

Oleh : Wawan Gunawan


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana efektifitas pengelolaan kelas dalam mewujudkan tujuan pembelajaran di kelas VI Sekolah Dasar Negeri Cisompet III ?” Rumusan masalah utama penelitian tersebut dibatasi lebih lanjut dalam rumusan sub-sub masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana pengkondisian kelas dalam mewujudkan tujuan pembelajaran di kelas VI SDN Cisompet III ? (2) Bagaimana kegiatan administratif manajemen kelas dalam mewujudkan tujuan pembelajaran di kelas VI SDN Cisompet III ? (3) Bagaimana kegiatan operatif manajemen kelas dalam mewujudkan tujuan pembelajaran kelas VI SDN Cisompet III ? (4) Bagaimana hambatan pengelolaan kelas dalam mewujudkan tujuan pembelajaran di kelas VI SDN Cisompet III ?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektifitas pengelolaan kelas dalam mewujudkan tujuan pembelajaran di kelas VI Sekolah Dasar Negeri Cisompet III. Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui bagaimana pengkondisian kelas dalam mewujudkan tujuan pembelajaran di kelas VI SDN Cisompet III; (2) Untuk mengetahui bagaimana kegiatan administratif manajemen kelas dalam mewujudkan tujuan pembelajaran di kelas VI SDN Cisompet III; (3) Untuk mengetahui bagaimana kegiatan operatif manajemen kelas dalam mewujudkan tujuan pembelajaran kelas VI SDN Cisompet III; (4) Untuk mengetahui bagaimana hambatan pengelolaan kelas dalam mewujudkan tujuan pembelajaran di kelas VI SDN Cisompet III.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. Alasannya adalah bahwa penelitian yang dilakukan berkaitan dengan mendeskripsikan, yaitu membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta tentang efektifitas pengelolaan kelas dalam mewujudkan tujuan pembelajaran di kelas VI SDN Cisompet III. Adapun teknik pengumpulan data/instrumen penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) Observasi; (2) Wawancara; (3) Angket; dan (4) Studi literatur.

Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, guru dan siswa serta orangtua siswa kelas VI SDN Cisompet III tahun ajaran 2006/2007 yang berjumlah 65 orang. Karena populasinya kurang dari 100 orang maka seluruh populasinya dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini.

Temuan dalam penelitian ini adalah pengelolaan kelas di kelas VI Sekolah Dasar Negeri Cisompet III sudah efektif sehingga dapat mewujudkan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Keberhasilan SDN Cisompet III ditunjang oleh berbagai faktor diantaranya tempatnya yang strategis, kondisi bangunan maupun situasi lingkungan yang sangat mendukung, tersedianya tenaga pengajar yang memadai, serta sarana dan prasarana yang sudah cukup lengkap.

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN METODE PEMECAHAN MASALAH DALAM MENINGKATKAN PROSES PEMBELAJARAN SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

ABSTRAK

Oleh : Yayat Ruhiat


Mengajar merupakan usaha yang kompleks dan sulit menentukan bagaimana mengajar yang baik. Ada istilah bahwa mengajar bukan hanya menyampaikan informasi dari guru kepada siswa, akan tetapi banyak kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru untuk mencapai hasil belajar yang maksimal dan lebih baik. Hal itu berarti bahwa tanggung jawab seorang guru dalam membentuk perilaku anak didik sangatlah berat, apalagi bagi guru yang kurang atau tidak sama sekali memiliki kemampuan berperan aktif sebagaimana lazimnya seorang guru yang memiliki potensi keguruan sesuai dengan fungsinya.

Dalam penelitian pada SMPN I Pasirwangi, penulis mengkaji efektivitas metode pemecahan masalah dalam meningkatkan proses pembelajaran siswa kelas VII pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Metode yang digunakan peneliti dalam pengkajian ini adalah metode deskriptif analitik yang menggambarkan variabel X, yaitu efektivitas metode pemecahan masalah dan variabel Y, meningkatkan proses pembelajaran.

Untuk memperoleh hasil yang akurat, penulis menggunakan teknik penelitian berupa angket yang disebarkan kepada siswa sebagai responden dalam penelitian ini, wawancara dengan guru PKn sebagai subjek yang menerapkan metode pemecahan masalah yang diteliti kepada siswa, observasi terhadap pelaksanaannya di dalam kelas, dan penelitian ditinjau dari pustaka-pustaka yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

Populasi yang terdapat dalam penelitian ini sebanyak 383 orang kelas VII yang dibatasi dengan pengambilan sampel 25% dari populasi sehingga di dapat jumlah 96 orang siswa untuk penerapan teknik penyebaran angket dan 1 orang guru PKn dengan teknik wawancara sebagai bahan perbandingan agar didapat data yang akurat.

Dari pengolahan data yang dilakukan, di dapat bahwa efektivitas metode pemecahan masalah terhadap peningkatan proses pembelajaran siswa terbukti benar dilihat dari persamaan besar persentase jawaban siswa dengan hasil wawancara dengan guru PKn memenuhi hipotesis penulis. Dari hasil tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa metode pemecahan masalah benar-benar efektif dijalankan dan dirasakan manfaatnya oleh siswa dalam meningkatkan proses pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VII SMPN I Pasirwangi.

Suatu Kajian Fungsi Kegiatan Pembinaan Kreativitas

ABSTRAK

Oleh Alit Tresnawati

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana fungsi kegiatan pembinaan kreativitas dalam pengembangan bakat dan minat siswa di SMP Negeri 1 Cisompet Kabupaten Garut, yang dibatasi masalahnya yaitu: (1) Sejauhmana fungsi kegiatan pembinaan kreativitas dalam pengembangan bakat dan minat siswa di SMP Negeri 1 Cisompet Kabupaten Garut; (2) Upaya apa yang dilakukan dalam pengembangan bakat dan minat siswa di sekolah; (3) Hambatan-hambatan apa saja dalam pengembangan bakat dan minat siswa di sekolah.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pembinaan kreativitas siswa serta pengembangan bakat dan minatnya dimana dalam pembinaan tersebut menggunakan suatu wadah sebagai alat, yaitu klub bakat, minat, dan kreativitas siswa. Sehingga tujuan dari penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: (1) Untuk mengetahui sejauhmana fungsi kegiatan pembinaan kreativitas dalam pengembangan mengenai bentuk-bentuk berupa penguasaan dalam bidang: ilmu pengetahuan, teknologi, olahraga, seni, keterampilan, kewirausahaan, dan sebagainya; (2) Untuk mengetahui pengembangan bakat dan minat siswa; (3) Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa dalam pengem-bangan bakat dan minat siswa di SMP Negeri 1 Cisompet Kabupaten Garut

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data/instrumen penelitian yang penulis ajukan dalam penelitian ini meliputi: (1) Teknik angket atau kuesioner; (2) Teknik observasi; (3) Teknik wawancara; (4) Teknik studi dokumentasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 2 di SMP Negeri 1 Cisompet Kabupaten Garut yang berjumlah 360 populasi. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah 25% dari jumlah siswa kelas 2. Sehingga jumlah keseluruhan sampel 90 orang siswa.

Temuan dalam penelitian ini adalah bahwa pembinaan yang dilaksanakan secara terpadu akan mampu mengembangkan bakat dan minat siswa, sehingga siswa akan menguasai keterampilan dalam bidang: ilmu pengetahuan, teknologi, keterampilan, olahraga, seni dan kewirausahaan. Hal tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi kehidupan siswa maupun orang lain di masa yang akan datang.

PERANAN PROFESIONALISME TENAGA KEPENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DI DALAM PENGAJARAN KEWARGANEGARAAN KELAS VII SMPN I PASIRWANGI TAHUN

ABSTRAK

Oleh : Agus Saepudin

Profesionalisme merupakan spesialisasi ilmu yang mengandung arti keahlian yang dapat diaplikasikan dalam menjalankan profesi tersebut. Pada hakikatnya merupakan pengabdian kepada masyarakat demi kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Profesionalisme tenaga kependidikan adalah pembina di tingkat formal yaitu sekolah agar dapat memberikan arahan, bimbingan dan inspirasi terhadap siswa untuk mengembangkan kreativitas dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, karena kreativitas merupakan media bagi siswa untuk mengembangkan bakat dan kemampuan siswa terpendam yang dimiliki siswa. Dengan sarana kreativitas ini, siswa dapat dipupuk dan dibina agar menjadi siswa yang mandiri. Lalu dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Deskriptif Kualitatif yakni hanya menafsirkan gejala yang terjadi pada waktu pengumpulan data.

Berdasarkan pemikiran di atas dan permasalahan yang timbul di lapangan, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Upaya-upaya yang dapat dilaksanakan oleh seorang profesionalisme tenaga kependidikan dalam meningkatkan kreativitas siswa di dalam pengajaran Kewarganegaraan di SMPN I Pasirwangi, diantaranya dengan menggunakan pendekatan dan menggunakan variatif metode dalam PBM serta memberikan arahan dan bimbingan terhadap siswa.

2. Kendala-kendala yang ditemukan oleh seorang profesionalisme tenaga kependidikan dalam meningkatkan kreativitas siswa di dalam pengajaran Kewarganegaraan di SMPN I Pasirwangi adalah kurangnya komunikasi dan informasi antara guru dan siswa.

3. Metoda-metoda yang digunakan oleh seorang profesionalisme tenaga kependidikan dalam meningkatkan kreativitas siswa di dalam pengajaran Kewarganegaraan di SMPN I Pasirwangi diantaranya memberikan penghargaan penilaian terhadap ide, imajinasi atau gagasan yang dimiliki siswa sehingga merasa terangsang dan pendapatnya merasa mempunyai nilai yang sangat berharga bagi hidupnya.

PERANAN SMP TERBUKA CISOMPET DALAM MENANGGULANGI HAMBATAN PENDIDIKAN ANAK LULUSAN SEKOLAH DASAR



ABSTRAK

Oleh : Sunandar

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya berbagai landasan : landasan falsafah, landasan konstitusional, landasan teori dan landasan operasional. Penyelenggaraan SMP Terbuka Cisompet Tempat Kegiatan Belajar (TKB) Cikondang merupakan model layanan pendidikan alternatif jalur sekolah tingkat SLTP yang diperuntukkan bagi siswa yang memiliki kendala tertentu antara lain kendala sosial ekonomi, hambatan transportasi, kondisi geografis dan kendala waktu untuk bekerja membantu orang tua.

Permasalahan dalam penelitian ini penulis rumuskan sebagai berikut, “Bagaimana peranan SMP Terbuka Cisompet Tempat Kegiatan Belajar (TKB) Cikondang dalam menanggulangi hambatan pendidikan anak lulusan sekolah dasar di desa Cikondang kecamatan Cisompet”.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metoda deskriptif analisis yaitu suatu teknik yang digunakan untuk mendeskripsikan atau membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta tentang peranan SMP Terbuka Cisompet Tempat Kegiatan Belajar (TKB) Cikondang dalam menanggulangi hambatan pendidikan anak lulusan sekolah dasar di desa Cikondang kecamatan Cisompet, dengan menginterprestasikan melalui menuturkan, menganalisa dan mengklasifikasi penyelidik yang berupa teknik survei, interview, angket, observasi dan studi literatur.

Hipotesa untuk menjawab permasalahan di atas dibuktikan dengan hasil analisis data yang terkumpul, maka penulis menarik kesimpulan bahwa ternyata peranan SMP Terbuka Tempat Kegiatan Belajar (TKB) Cikondang dalam menanggulangi hambatan pendidikan anak lulusan sekolah dasar di desa Cikondang kecamatan Cisompet sangat positif.

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE SNOWBALLING DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN SISWA


ABSTRAKSI

Oleh : SAEPUL HIKMAT SUWARMAN


Pendidikan bertujuan untuk mencapai proses pengembangan kepribadian manusia ke arah yang lebih baik yang mencakup aspek pengetahuan (cognitive), sikap (apektif), dan keterampilan (psikomotor). Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut diperlukan suatu metode pengajaran yang dapat menumbuhkan keaktifan siswa ke arah kualitas pembelajaran, berpikir kritis, kreatif dan analistis. Salah satu metode yang dapat menumbuhkan keaktifan belajar yaitu metode diskusi model snowballing. Dimana melalui metode ini diharapkan terjadi komunikasi antara guru dan siswa untuk memecahkan suatu permasalahan yang sedang dibahas. Dengan demikian dapat difahami bahwa penggunaan metode snowballing mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap peningkatan kualitas pembelajaran siswa.
Dari latar belakang itulah penulis mengambil judul tersebut di atas.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauhmanakah efektivitas penggunaan metode snowballing dalam meningkatkan kualitas pembelajaran siswa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmanakah efektivitas penggunaan metode snowballing dalam meningkatkan pembelajaran siswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan untuk mengumpulkan datanya menggunakan observasi, angket, wawancara, dan hasil belajar.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan metode snowballing mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap peningkatan kualitas pembelajaran siswa. Karena melalui metode diskusi model snowballing terjadi interaksi siswa dengan guru, sehingga proses belajar mengajar berjalan efektif dan respon siswa dalam memecahkan masalah baik yang diajukan siswa ataupun oleh guru sangat nampak ketika belajar dengan metode snowballing dan siswa terlihat aktif menjawab pertanyaan serta mempertanyakan kembali masalah yang dibahasnya sedetail mungkin. Pembelajaran kewarganegaraan terlihat meningkat ketika metode snowballing dipakai dalam proses pembelajaran, karena masalah-masalah sosial yang sedang terjadi sering diajukan dan disajikan menjadi bahan yang harus dipecahkan bersama dengan demikian hal itu, secara otomatis membangkitkan kreativitas siswa untuk memberikan pendapat dari berbagai pengalamannya.


PENGARUH PENGGUNAAN LABORATORIUM MULTI MEDIA TERHADAP PRESTASI BELAJAR ANAK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

ABSTRAK

Oleh Nurleni

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Penggunaan Laboratorium Multi Media Terhadap Prestasi Belajar Anak Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan” (Studi Korelasional Pada Kelas X Di SMAN 1 Garut). Latar belakang dalam penelitian ini adalah bahwa Media belajar sangat banyak ragamnya, akan tetapi dibalik keragaman media tersebut, terdapat kesinambungan atau hubungan yang berkaitan yang semuanya dapat dipakai dalam mengatasi kesulitan belajar. Kesulitan belajar dapat terjadi sebagai konsekuensi dari keanekaragaman target atau tujuan pembelajaran yang disampaikan guru, sehingga untuk mengurangi kesulitan tersebut guru harus pandai memilih/menentukan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikannya.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana pengaruh penggunaan laboratorium multi media terhadap prestasi belajar anak pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada kelas X di SMAN I Garut”.

Tujuan penelitian yang penulis rumuskan antara lain : Secara umum penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi secara empiris tentang pengaruh penggunaan laboratorium multi media terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada kelas X di SMAN I Garut. Adapun secara khusus penelitian ini dimaksudkan untuk : 1) Mengetahui efektifitas penggunaan laboratorium multi media pada kelas X di SMAN I Garut. 2) Mengetahui prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada kelas X di SMAN I Garut. 3) Mengetahui kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam menggunakan laboratorium multi media pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada kelas X di SMAN I Garut.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1) Jika pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan laboratorium multi media dilaksanakan dengan baik, maka siswa akan termotivasi untuk belajar. 2) Jika dengan penggunaan multi media dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa termotivasi untuk belajar, maka prestasi belajar siswa akan meningkat.

Maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Motivasi belajar siswa nampak sekali ketika belajar dengan menggunakan laboratorium multi media, dibuktikan pada rentang nilai 3,51 – 4,50 yaitu 4,13 termasuk dalam kualifikasi tinggi. Hasrat belajar siswa meningkat dibuktikan pada rentang nilai 3,51 – 4,50 yaitu 4,08 termasuk dalam kualifikasi tinggi. Kemampuan melatih menggunakan perangkat multi media di laboratorium multi media dibuktikan pada rentang nilai 2,51 – 3,50 yaitu 3,23 termasuk dalam kualifikasi sedang. Efektifitas penggunaan laboratorium multi media dan peningkatan motivasi belajar dibuktikan pada rentang nilai 3,51 – 4,50 yaitu 4,31 termasuk dalam kualifikasi tinggi. 2) Keterkaitan atau pengaruhnya dibuktikan dengan pengujian statistik dengan menggunakan uji korelasi. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai korelasi sebesar -0,09. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan laboratorium multi media kurang mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

HAKEKAT MENGAJAR IPS

HAKEKAT MENGAJAR IPS

Oleh : Drs. R. H. Burhan

Pembahasan tentang mengajar tidak lain dari pada pelaksanaan fungsi peranan guru, serta usaha guru ke arah melaksanakan prinsip-prinsip belajar agar apa yang di nyatakan dalam tujuan instruksionil pelajaran dapat tercapai dengan sempurna.

Di dalam prinsip pendidikan yang baru, dikenal dua istilah untuk mengjar ini. Ialah Teaching (mengajar) dan instruction (memberikan instruksi).

Istilah terakhir kurang lazim dipergunakan oleh kita untuk pengertian mengajar umum. Mungkin dikarenakan bahwa dalam istilah ini terselip pengertian psycologis yang kurang enak yang bersifat otoriter. Akan tetapi untuk beberapa hal dalam pengajaran, mulai biasa dipergunakan istilah tersebut, misalnya Tujuxan Instrustionil umum/ khusus. Dan beberapa sarjana pendidikan malahan mencoba menggatikan perkataan “Teaching“ dengan Instruction.

Sebagai alasan yang dinyatakan bahwa pengertian Teaching terlalu luas dimana kadang-kadang karena luasnya pengertian itu, arah sasarna teaching menjadi kabur atau kurang tepat. Teaching bisa dilakukan oleh setiap orang. Bisa melaksanakan Instruction. Demikian juga tempat dan waktunya. Karena untuk melaksanakan ini diperlukan kewenangan khusus. Dalam instruction berdasarkan kewenangan pemberi instruksi, seseorangakan diberikan suatu/ perintah yang jelas. Baik jenis, tugas, alat, cara serta tempat dan sumbernya maupun sasarannya.

Berikut ini kami utarakan dua perumpamaan Instruction dari dua sarjana pendidikan, ialah antara lain dari :

M. Coroy : Instruction ialah proses interaksi antara anak dengan lingklungan atau data (konsep) yang secara mantap diperhitungkan hasil dan daya gunanya bagi anak didik.

Lumsdaine : merumuskan bahwa Instruction ialah setiap daya upaya yang bersifat khusus dalam membina dan mengontrol sejumlah kejadian atau pengelaman ke arah mencapai hasil yang diharapkan, ialah lahirnya prilaku (behavior) anak yang khusus dan dapat diterapkan. Dengan kata lain pada Instruction yang utama diperhatikan ialah suatu usaha secara baik. Maka oleh karenanya pada Instruction menjadi tumpuan perhatian ialah mencari dan merumuskan masalah : tujuan-tujuan khusus serta kondisi khusus yang dipersyaratkan/ diinginkannya, rancangan instructionil, cara dan proses kerja mengajar (teaching) hal ini sangat kurang diperhitungkan.

Demikianlah sekedar perbedaan sederhana antara teaching dengan Instruction tadi.

Menurut pokok uraian kami tentang hal belajar dan fungsi peranan guru, mengajar tidaklah sama dengan berdiri di muka kelas sambil bicara. Demikian pula hanya sekedar menyampaikan sejumlah pengethuan atau ilmu menurut apa yang menjadi kepatutan dalam kurikulum. Dari hakekat fungsi peranan guru serta belajar dalam IPS, para pengajar IPS dituntut benar-benar berdaya upaya, memecahkan dan mengaluarkan segala potensi dirinya untuk membina siswa-siswanya menjalani proses belajar secara baik. Bacalah kembali uraian kami tentang pokok-pokok usaha guru dari D. Russel padahalaman di muka. Pokok-pokok ini merupakan kunci utama bagi keberhasilan transaksi pengajaran IPS.

Bagaimana berlangsungnya proses transaksi pengajaran serta langkah-langkahnya, di halaman terdahulu telah kami tampilkan suatu bagan. Ikutilah, dan hayatilah langkah demi langkah dari pada bagan tersebut.

Sekedar untuk mengingatkan kembali serta pengayaan terhadap uraian terdahulu tentnag mengajar, di bawah ini akan kami uatarakan tambahan pengetahuan tentang mengajar IPS. Di antaranya ialah :

  1. Bahwa dalam mengajar IPS pembinaan ke arah perkembangan diri siswa merupakan upaya utama guru.
  2. pembinaan tadi disesuaikan dengan keadaan, kemampuan serta minat dari pada siswa.
  3. Bahwa salah satu tujuan dalam pengajaran IPS agar siswa mampu mengmbangkan kemampuan daya fikir serta kebijaksanaan dalam mengambil keputusan (memecahkan masalah) yang dihadapinya, sehingga kelak siswa ini mampu memahami cara belajar / hidup yang layak serta bagaimana cara memerintah dirinya (how to learn and how to govern them selves).
  4. Guru IPS hendaknya menyadari bahwa hal yang paling penting dalam mengajarkan IPS, ialah bahwa bagaimana agar prsiapan dan situasi serta gairah belajar dapat berjalan/ tersiapkan secara baik.
  5. Bahwa teknik cara mengajar guru akan sasngat menentukan proses belajar siswanya. Maka oleh karenanya pilihan teknik serta media pendidikannya harus sejajar dengan pola-pola belajar yang dituntut IPS. Pada halaman belakang nanti akan kami ketengahkan teknik-teknik mengajar yang memadai bagi IPS.

Bagaimanakah sikap dan usaha guru dalam menjalani tugas mengajar IPS yang baik? dibawah ini merupakan petunjuk yang sangat besar manfaatnya untuk diikuti. Sebab apa yang dinyatakan adalah ciri-ciri dari pada inquiry. Ada enam ciri guru inquiry, ialah :

  1. Memiliki kemampuan sebagai perencana (Planners). Baik rencana program pengajaran, pelaksanaan dan evaluasi maupun kegiatanm pengajaran lainnya, Rencana ini mencakup jangka pendek maupun jangka panjang (tahun atau per semester / 6 bulan). Tentunya sebagaimana uraian terdahulu tantang perencanaan ini hendaknya jelas dan lengkap, sehingga apa yang akan diajarkan, kegiatan-kegiatan (guru-murid) serta tujuan dan media dengan lainnya cukup tampak, siap untuk dikerjakan guru atau murid tersebut.
  2. mempunyai kemampuan untuk melaksanakan rencana itu dengan sebaik-baiknya menurut kepatutan proses pengajaran bidang studi masing-masing serta tercapainya tujuan instruksionil pelajaran.
  3. berkampuan sebagai penanya : Di sini guru mempersiapkan sejumlah kunci pertanyaan yang akan mensimuluskan fikiran analitis-kritis dari pada siswanya, peranan lain dari pertanyaan ini adalah juga sebagai media penjagaan daya tangkap dan tingkat kemahiran siswa, sehingga guru, mampu segera membuat strategi baru bila diangap kurang efektif cara dan isi programnya. Dibawah ini kami cantumkan sejumlah pedoman dalam membuat dan melaksanakan tanya-jawab guru muri pada pengajaran IPS. Diantaranya ialah :

a. Pertanyaan hendaknya bertautan dengan pelajaran, cocok dengan keadaan waktu dan siswa serta jelas dan dapat dimengerti siswa.

b. Pertanyaan guru hendaknya mempunyai sifat edukatif.

c. Para siswa hendaknya diberikan pengertian tentang bagaimana cara mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan.

d. Bila guru menjawab pertanyaan siswa, jawbabn hendaknya bersifat edukatif (tetap mengikuti proses belajar). Sedapat mungkin jawaban itu mendorong agar siswa itu sendiri yang akhirnya menjawab.

e. Berikanlah keleluasaan seluas-luasnya kepada para siswa untuk bertanya.

f. Dalam mengajukan pertanyaan, berikan kesempatan menjawab secara adil dan merata kepada sluruh siswa.

g. Jangan menyebutkan (memanggil) nama seorang siswa dahulu, sebelum pertanyaan diajukan. Dengan demikian seluruh siswa akan menyimak pertanyaan guru.

h. Bila pertanyaan kita dianggap berat bagi siswa, ulangilah pertanyaan itu serta tanyakan kepada siswa-siswa apakah hal itu dapat dimengerti.

i. Buatlah kesempatan-kesempatan khusus dengan mengajukan pertanyaan dari buku standard siswa, sehingga membina gairah dan cara baca yang kritis.

j. Hindarkan memvonis jawaban murid dengan menyatakan benar dan salah. Lebih bijaksana bila itu dinyatakan kembali kepad murid lain atau meminta mereka mencari jawababn lain atau memberikan komentarnya.

k. Berikan soal-soal pertanyaan kita kepad mereka yang nampaknya kurang inisiatif atau kurang perhatian. Sehingga akan mendorong siswa tetap memberikan perhatian.

l. Pertanyaan “mengapa atau apa yang kamu ketahui”, lebih baik dari pada pertanyaan “apa, kapan dan siapa”.

m. Jangan memaksa atau mengejek anak yang tidak dapat menjawab pertanyaan, melainkan harus segera memberikan bantuan.

n. Pola terpaksa Socrates sangat baik untuk lebih mendorong daya mampu penguasaan pengetahuan, sikap dan keyakinan siswa.

o. Bila terpaksa guru menjawab sendiri pertanyaan itu secara tepatnya, maka singgunglah beberapa tanggapan-jawaban siswa yang dianggap memadai atau baik.

  1. Ciri keempat dari pada guru inquiry ialah bahwa guru itu memiliki kemampuan sebagai meneger; dalam arti bahwa guru itu mampu dalam :

a. mengadministrasikan perencanaan, pelaksanaan dan hail pengajaran secara cermat dan rapih.

b. menyiapkan dan menyediakan bahan atau alat bantu serta media pendidikan yang dibutuhkan.

c. memberikan bantuan pada siswanya bila yang bersangkutan mendapatkan kesulitan dalam melaksanakan proses belajarnya.

  1. Memiliki kemampuan sebagai pemberi hadiah (Rewarder). Hadiah disini di artikan materiil ataupun immateriil (berupa pujian), dan sifatnya positif (yang menguntungkan). Fungsi hadiah adalah sebagai pelancar motivasi belajar.

  1. Kemampuan sebagai penguji kebenaran dari pada suatu sistim nilai. Dimaksudkan disini bahwa guru bersama siswanya hendaknya mampu menilai dan menguji “sistim-sistim nilai” yang ada pada bidang ilmu sosial dan IPS atau dalam kehidupan, sehingga hasil prosesnya ini dapat dijadikan pola berfikir atau berbuat bagi para siswa.

Demikianlah sekelumit gambaran tentang hakekat mengajar IPS dalam pembaharuan pendidikan kita sekarang ini. Berikut ini kami ungkapkan beberapa petunjuk teknis tentang teknik-teknik mengjar yang sangat dianjurkan untuk digunakan dalam IPS atau bidang-bidang studi IPS.