Kamis, 29 Mei 2008

HAKEKAT MENGAJAR IPS

HAKEKAT MENGAJAR IPS

Oleh : Drs. R. H. Burhan

Pembahasan tentang mengajar tidak lain dari pada pelaksanaan fungsi peranan guru, serta usaha guru ke arah melaksanakan prinsip-prinsip belajar agar apa yang di nyatakan dalam tujuan instruksionil pelajaran dapat tercapai dengan sempurna.

Di dalam prinsip pendidikan yang baru, dikenal dua istilah untuk mengjar ini. Ialah Teaching (mengajar) dan instruction (memberikan instruksi).

Istilah terakhir kurang lazim dipergunakan oleh kita untuk pengertian mengajar umum. Mungkin dikarenakan bahwa dalam istilah ini terselip pengertian psycologis yang kurang enak yang bersifat otoriter. Akan tetapi untuk beberapa hal dalam pengajaran, mulai biasa dipergunakan istilah tersebut, misalnya Tujuxan Instrustionil umum/ khusus. Dan beberapa sarjana pendidikan malahan mencoba menggatikan perkataan “Teaching“ dengan Instruction.

Sebagai alasan yang dinyatakan bahwa pengertian Teaching terlalu luas dimana kadang-kadang karena luasnya pengertian itu, arah sasarna teaching menjadi kabur atau kurang tepat. Teaching bisa dilakukan oleh setiap orang. Bisa melaksanakan Instruction. Demikian juga tempat dan waktunya. Karena untuk melaksanakan ini diperlukan kewenangan khusus. Dalam instruction berdasarkan kewenangan pemberi instruksi, seseorangakan diberikan suatu/ perintah yang jelas. Baik jenis, tugas, alat, cara serta tempat dan sumbernya maupun sasarannya.

Berikut ini kami utarakan dua perumpamaan Instruction dari dua sarjana pendidikan, ialah antara lain dari :

M. Coroy : Instruction ialah proses interaksi antara anak dengan lingklungan atau data (konsep) yang secara mantap diperhitungkan hasil dan daya gunanya bagi anak didik.

Lumsdaine : merumuskan bahwa Instruction ialah setiap daya upaya yang bersifat khusus dalam membina dan mengontrol sejumlah kejadian atau pengelaman ke arah mencapai hasil yang diharapkan, ialah lahirnya prilaku (behavior) anak yang khusus dan dapat diterapkan. Dengan kata lain pada Instruction yang utama diperhatikan ialah suatu usaha secara baik. Maka oleh karenanya pada Instruction menjadi tumpuan perhatian ialah mencari dan merumuskan masalah : tujuan-tujuan khusus serta kondisi khusus yang dipersyaratkan/ diinginkannya, rancangan instructionil, cara dan proses kerja mengajar (teaching) hal ini sangat kurang diperhitungkan.

Demikianlah sekedar perbedaan sederhana antara teaching dengan Instruction tadi.

Menurut pokok uraian kami tentang hal belajar dan fungsi peranan guru, mengajar tidaklah sama dengan berdiri di muka kelas sambil bicara. Demikian pula hanya sekedar menyampaikan sejumlah pengethuan atau ilmu menurut apa yang menjadi kepatutan dalam kurikulum. Dari hakekat fungsi peranan guru serta belajar dalam IPS, para pengajar IPS dituntut benar-benar berdaya upaya, memecahkan dan mengaluarkan segala potensi dirinya untuk membina siswa-siswanya menjalani proses belajar secara baik. Bacalah kembali uraian kami tentang pokok-pokok usaha guru dari D. Russel padahalaman di muka. Pokok-pokok ini merupakan kunci utama bagi keberhasilan transaksi pengajaran IPS.

Bagaimana berlangsungnya proses transaksi pengajaran serta langkah-langkahnya, di halaman terdahulu telah kami tampilkan suatu bagan. Ikutilah, dan hayatilah langkah demi langkah dari pada bagan tersebut.

Sekedar untuk mengingatkan kembali serta pengayaan terhadap uraian terdahulu tentnag mengajar, di bawah ini akan kami uatarakan tambahan pengetahuan tentang mengajar IPS. Di antaranya ialah :

  1. Bahwa dalam mengajar IPS pembinaan ke arah perkembangan diri siswa merupakan upaya utama guru.
  2. pembinaan tadi disesuaikan dengan keadaan, kemampuan serta minat dari pada siswa.
  3. Bahwa salah satu tujuan dalam pengajaran IPS agar siswa mampu mengmbangkan kemampuan daya fikir serta kebijaksanaan dalam mengambil keputusan (memecahkan masalah) yang dihadapinya, sehingga kelak siswa ini mampu memahami cara belajar / hidup yang layak serta bagaimana cara memerintah dirinya (how to learn and how to govern them selves).
  4. Guru IPS hendaknya menyadari bahwa hal yang paling penting dalam mengajarkan IPS, ialah bahwa bagaimana agar prsiapan dan situasi serta gairah belajar dapat berjalan/ tersiapkan secara baik.
  5. Bahwa teknik cara mengajar guru akan sasngat menentukan proses belajar siswanya. Maka oleh karenanya pilihan teknik serta media pendidikannya harus sejajar dengan pola-pola belajar yang dituntut IPS. Pada halaman belakang nanti akan kami ketengahkan teknik-teknik mengajar yang memadai bagi IPS.

Bagaimanakah sikap dan usaha guru dalam menjalani tugas mengajar IPS yang baik? dibawah ini merupakan petunjuk yang sangat besar manfaatnya untuk diikuti. Sebab apa yang dinyatakan adalah ciri-ciri dari pada inquiry. Ada enam ciri guru inquiry, ialah :

  1. Memiliki kemampuan sebagai perencana (Planners). Baik rencana program pengajaran, pelaksanaan dan evaluasi maupun kegiatanm pengajaran lainnya, Rencana ini mencakup jangka pendek maupun jangka panjang (tahun atau per semester / 6 bulan). Tentunya sebagaimana uraian terdahulu tantang perencanaan ini hendaknya jelas dan lengkap, sehingga apa yang akan diajarkan, kegiatan-kegiatan (guru-murid) serta tujuan dan media dengan lainnya cukup tampak, siap untuk dikerjakan guru atau murid tersebut.
  2. mempunyai kemampuan untuk melaksanakan rencana itu dengan sebaik-baiknya menurut kepatutan proses pengajaran bidang studi masing-masing serta tercapainya tujuan instruksionil pelajaran.
  3. berkampuan sebagai penanya : Di sini guru mempersiapkan sejumlah kunci pertanyaan yang akan mensimuluskan fikiran analitis-kritis dari pada siswanya, peranan lain dari pertanyaan ini adalah juga sebagai media penjagaan daya tangkap dan tingkat kemahiran siswa, sehingga guru, mampu segera membuat strategi baru bila diangap kurang efektif cara dan isi programnya. Dibawah ini kami cantumkan sejumlah pedoman dalam membuat dan melaksanakan tanya-jawab guru muri pada pengajaran IPS. Diantaranya ialah :

a. Pertanyaan hendaknya bertautan dengan pelajaran, cocok dengan keadaan waktu dan siswa serta jelas dan dapat dimengerti siswa.

b. Pertanyaan guru hendaknya mempunyai sifat edukatif.

c. Para siswa hendaknya diberikan pengertian tentang bagaimana cara mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan.

d. Bila guru menjawab pertanyaan siswa, jawbabn hendaknya bersifat edukatif (tetap mengikuti proses belajar). Sedapat mungkin jawaban itu mendorong agar siswa itu sendiri yang akhirnya menjawab.

e. Berikanlah keleluasaan seluas-luasnya kepada para siswa untuk bertanya.

f. Dalam mengajukan pertanyaan, berikan kesempatan menjawab secara adil dan merata kepada sluruh siswa.

g. Jangan menyebutkan (memanggil) nama seorang siswa dahulu, sebelum pertanyaan diajukan. Dengan demikian seluruh siswa akan menyimak pertanyaan guru.

h. Bila pertanyaan kita dianggap berat bagi siswa, ulangilah pertanyaan itu serta tanyakan kepada siswa-siswa apakah hal itu dapat dimengerti.

i. Buatlah kesempatan-kesempatan khusus dengan mengajukan pertanyaan dari buku standard siswa, sehingga membina gairah dan cara baca yang kritis.

j. Hindarkan memvonis jawaban murid dengan menyatakan benar dan salah. Lebih bijaksana bila itu dinyatakan kembali kepad murid lain atau meminta mereka mencari jawababn lain atau memberikan komentarnya.

k. Berikan soal-soal pertanyaan kita kepad mereka yang nampaknya kurang inisiatif atau kurang perhatian. Sehingga akan mendorong siswa tetap memberikan perhatian.

l. Pertanyaan “mengapa atau apa yang kamu ketahui”, lebih baik dari pada pertanyaan “apa, kapan dan siapa”.

m. Jangan memaksa atau mengejek anak yang tidak dapat menjawab pertanyaan, melainkan harus segera memberikan bantuan.

n. Pola terpaksa Socrates sangat baik untuk lebih mendorong daya mampu penguasaan pengetahuan, sikap dan keyakinan siswa.

o. Bila terpaksa guru menjawab sendiri pertanyaan itu secara tepatnya, maka singgunglah beberapa tanggapan-jawaban siswa yang dianggap memadai atau baik.

  1. Ciri keempat dari pada guru inquiry ialah bahwa guru itu memiliki kemampuan sebagai meneger; dalam arti bahwa guru itu mampu dalam :

a. mengadministrasikan perencanaan, pelaksanaan dan hail pengajaran secara cermat dan rapih.

b. menyiapkan dan menyediakan bahan atau alat bantu serta media pendidikan yang dibutuhkan.

c. memberikan bantuan pada siswanya bila yang bersangkutan mendapatkan kesulitan dalam melaksanakan proses belajarnya.

  1. Memiliki kemampuan sebagai pemberi hadiah (Rewarder). Hadiah disini di artikan materiil ataupun immateriil (berupa pujian), dan sifatnya positif (yang menguntungkan). Fungsi hadiah adalah sebagai pelancar motivasi belajar.

  1. Kemampuan sebagai penguji kebenaran dari pada suatu sistim nilai. Dimaksudkan disini bahwa guru bersama siswanya hendaknya mampu menilai dan menguji “sistim-sistim nilai” yang ada pada bidang ilmu sosial dan IPS atau dalam kehidupan, sehingga hasil prosesnya ini dapat dijadikan pola berfikir atau berbuat bagi para siswa.

Demikianlah sekelumit gambaran tentang hakekat mengajar IPS dalam pembaharuan pendidikan kita sekarang ini. Berikut ini kami ungkapkan beberapa petunjuk teknis tentang teknik-teknik mengjar yang sangat dianjurkan untuk digunakan dalam IPS atau bidang-bidang studi IPS.

Tidak ada komentar: